VIVAnews
- PT Astra International Tbk memperkenalkan produk terbarunya Astra
Toyota Agya dan Astra Daihatsu Ayla pertengahan September lalu. Mobil
hasil kolaborasi PT Toyota Astra Motor dan PT Astra Daihatsu Motor ini
akan dipasarkan tak lebih dari Rp100 juta per unit.
Mobil ini akan mendapatkan sejumlah insentif, salah satunya bebas Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM). Ini karena adik Avanza-Xenia ini mengikuti ketentuan Low Cost and Green Car. Sebab itu, harganya pun miring, tak sampai US$10 ribu.
Meski murah, LCGC Indonesia jauh lebih mahal dibandingkan Tata Nano, mobil supermurah dari India. Di negeri asalnya, Tata Nano cuma dipasarkan US$2.500 atau sekitar Rp24 juta, seperempat dari harga mobil murah Indonesia.
Pengamat industri otomotif yang juga mantan Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) FX Soeseno melihat ada ketidakberesan dalam penetapan harga mobil LCGC. Menurut dia, pemerintah sebenarnya bisa menetapkan harga di bawah US$10 ribu. "Kalau India saja bisa US$2.500, mengapa Indonesia tidak," katanya saat berbincang dengan VIVAnews.
Memang, aturan LCGC hingga saat ini belum keluar. Semua baru rabaan. Seperti tingkat kandungan lokal yang harus 80 persen, bermesin tak lebih dari 1.200 cc, konsumsi bahan bakar minyak (BBM) tak lebih dari 22 kilometer per liter, dan harga tak boleh lebih dari US$10 ribu atau Rp95 juta per unit.
Soeseno mengakui ada perbedaan mesin dan material antara mobil murah Indonesia dengan India. Hanya saja harganya tak mungkin sampai empat kali lebih mahal dari Nano. "Kalau hitungan saya bisa ditekan US$5.000," katanya. "Tapi maukah margin keuntungan industri diturunkan?"
Mobil ini akan mendapatkan sejumlah insentif, salah satunya bebas Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM). Ini karena adik Avanza-Xenia ini mengikuti ketentuan Low Cost and Green Car. Sebab itu, harganya pun miring, tak sampai US$10 ribu.
Meski murah, LCGC Indonesia jauh lebih mahal dibandingkan Tata Nano, mobil supermurah dari India. Di negeri asalnya, Tata Nano cuma dipasarkan US$2.500 atau sekitar Rp24 juta, seperempat dari harga mobil murah Indonesia.
Pengamat industri otomotif yang juga mantan Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) FX Soeseno melihat ada ketidakberesan dalam penetapan harga mobil LCGC. Menurut dia, pemerintah sebenarnya bisa menetapkan harga di bawah US$10 ribu. "Kalau India saja bisa US$2.500, mengapa Indonesia tidak," katanya saat berbincang dengan VIVAnews.
Memang, aturan LCGC hingga saat ini belum keluar. Semua baru rabaan. Seperti tingkat kandungan lokal yang harus 80 persen, bermesin tak lebih dari 1.200 cc, konsumsi bahan bakar minyak (BBM) tak lebih dari 22 kilometer per liter, dan harga tak boleh lebih dari US$10 ribu atau Rp95 juta per unit.
Soeseno mengakui ada perbedaan mesin dan material antara mobil murah Indonesia dengan India. Hanya saja harganya tak mungkin sampai empat kali lebih mahal dari Nano. "Kalau hitungan saya bisa ditekan US$5.000," katanya. "Tapi maukah margin keuntungan industri diturunkan?"
Ditambahkan Soeseno,
meski ada perbedaan produk antara Tata Nano dan Agya-Ayla, spesifikasi
mobil murah ini tidak jauh beda. "Misalnya kapasitas mesin, Tata Nano
600 CC, Ayla dan Agyla 1000 CC. Interiornya juga mirip," kata dia.
Karena, dari margin inilah yang membuat harga kendaraan di Indonesia membumbung tinggi.
Direktur Utama PT Astra Daihatsu Motor Sudirman MR enggan produknya disebut sekelas dengan Tata Nano. Menurut dia Astra Daihatsu Ayla sudah mengutamakan keselamatan. "Soal keamanan dan keselamatan, ini tidak bisa buat main-main," katanya.
Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor Joko Trisanyoto pun mengatakan tak main-main dengan produk Agya. "Kami mengembangkan cukup lama, termasuk mengkaji kemauan konsumen, serta faktor keamanan dan keselamatan produk ini," katanya. "Jadi meski murah, bukan murahan." (sj)
Karena, dari margin inilah yang membuat harga kendaraan di Indonesia membumbung tinggi.
Direktur Utama PT Astra Daihatsu Motor Sudirman MR enggan produknya disebut sekelas dengan Tata Nano. Menurut dia Astra Daihatsu Ayla sudah mengutamakan keselamatan. "Soal keamanan dan keselamatan, ini tidak bisa buat main-main," katanya.
Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor Joko Trisanyoto pun mengatakan tak main-main dengan produk Agya. "Kami mengembangkan cukup lama, termasuk mengkaji kemauan konsumen, serta faktor keamanan dan keselamatan produk ini," katanya. "Jadi meski murah, bukan murahan." (sj)